Baca!

Kemarin Mommies Daily nge-hits banget baik di twitter atau pun di artikel, gara-gara artikel tentang MSG. Judulnya memang cukup mengundang rasa penasaran, sih. Jelas aja, yang nulis mantan wartawati handal *lirik amel*

Yang bikin kesal adalah, banyak banget yang RT dengan nada sinis. Gue rasa belum baca artikelnya kali, ya. Atau ada juga yang sudah baca, tapi mengomentari dengan sini. Atau malah ada yang RT dan mention tokoh-tokoh kesehatan tertentu.

Ya ga apa-apa juga sih, itu kan hak mereka.

Yang ingin gue tegaskan adalah, kita sebagai orangtua jangan telan mentah-mentah informasi yang didapatkan. Harus kritis, itu pasti. Jangan lupa, sesuaikan juga dengan nilai yang sudah kita tanamkan di keluarga juga kali, ya.

Misalnya gini, masalah reward and punishment. Mungkin sudah banyak penelitian yang mengakui bahwa sistem ini bagus untuk anak. Tapi tunggu dulu, penelitian itu kalau tidak salah untuk penganut paham behaviorisme. Sementara bagi penganut paham humanisme, sistem ini tentu tidak sesuai. Malah ada yang mengatakan, sistem reward and punishment membuat anak seperti hewan peliharaan.

Nah, dalam hal ini, gue merasa cocok dengan paham humanisme. Makanya gue nggak bisa menerapkan sistem reward and punishment sama anak gue.

Atau masalah ASI dan kandungan zat besi. Menurut WHO, cmiiw, setelah 4 bulan, anak boleh atau bisa ditambahkan zat besi.

Tapi lagi-lagi, gue merasa nggak cocok dengan ini. Gue percaya bahwa ASI (saja) bisa memenuhi kandungan gizi anak  hingga usia 6 bulan. Nggak lebih nggak kurang.

Kalaupun ternyata zat besi anak dinyatakan kurang, kalau gue sih, harus melalui berbagai tes yang nyata hasilnya. Aheum, terserah deh, mau ngomong apa. Tapi ini yang gue percaya.

Atau lagi nih, masalah khitan anak perempuan. Ternyata menurut dr. Piprim dalam wawancara gue sama beliau, sudah ada dalam kaidah medis. Tapi menurut gue, khitan perempuan nggak ada manfaatnya, maka gue sih tetap dalam pendirian, bahwa perempuan nggak butuh dikhitan.

Kembali ke masalah artikel MSG diatas.
Walaupun artikel tersebut berdasarkan wawancara dengan narasumber yang terpercaya (dokter bo), tapi gue pribadi memang nggak jor-joran menikmati makanan dengan MSG. Beberapa waktu lalu, gue pernah ngobrol dengan salah satu orang yang bisa gue percaya kadar keilmuannya, menurut dia juga MSG tidak berbahaya. Bahkan lebih bahaya penambahan gulgar dalam makanan. Nah, setelah membaca artikel tersebut, apakah gue jadi mengizinkan Langit makan indomie setiap hari? Menikmati Chitato atau Chiki sebungkus penuh tiap hari?

Het, maap. Ini nggak sesuai dengan nilai yang ada dalam diri gue sendiri.

Langit tentu pernah gue izinkan makan snack-snack demikian rupa. Tentu pernah gue izinkan icip indomie satu atau dua sendok, kalau gue lagi makan. Atau makan aneka ayam-ayam KFC dan sejenisnya, sesekali. Tapi nggak lebih dari itu.

Bukannya mau sok idealis. Tapi ya, begitulah adanya.

Intinya, jangan telan sebuah informasi bulat-bulat. Riset lagi kalau memang tidak yakin. Tanyakan lagi sama sumber terpercaya kalau informasi ini nggak dipercaya. Setelahnya? Ikhtiar (ceile).

Maksudnya, kalau memang tidak sesuai, ya jangan diterapkan, dong. Kan setiap manusia hidup punya nilai yang dipercaya. Jangan jadinya ikut-ikutan apa yang dikatakan si A, lalu ikut. Si B bilang begini, lalu ikut. Kalau nggak punya nilai hidup, apalah artinya? *halah, mulai ngaco*

Artikel tersebut dimuat tak lebih karena ingin berbagi informasi. Ingat, informasinya juga dari yang terpercaya, kok. Bukan opini penulis semata. Tapi percaya atau tidak, ya selanjutnya terserah anda.

Jelas kan, ya, maksud gue? :)

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

No comments:

Post a Comment