Things That I've Learned

Hari ini umat muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Setiap akhir bulan Ramadan, gue selalu berharap bisa menikmati Ramadan tahun depan, berikutnya, dan seterusnya.

Hal lain yang sudah pasti, gue biasanya mengambil highlight yang gue pelajari di bulan tersebut. Tahun ini, gue belajar banyak untuk bertoleransi.

Gue selalu bilang, dalam pernikahan selain cinta harus ada toleransi antara kedua pihak. Sejauh mana seorang istri bisa mengucapkan kalimat nyinyir ke suami, sejauh mana seorang suami bisa memberikan toleransinya. Jika nggak bisa toleransi antar keduanya, maka akibatnya, apakah bisa saling mengerti dan tetap bertoleransi atas akibat tersebut?

Gue belajar untuk mengerem omongan. Kita nggak pernah tau, sejauh mana sebuah kata bisa menyakiti pihak lain. Gue jarang ngomong, tapi marah gue biasanya akan mengeluarkan kalimat yang menyakiti orang lain. Kadang gue suka sebel kalo gue terlalu tau kalimat apa yang bisa menyakiti orang lain begitu dalam. Dan gue sering menyesali ketika udah melontarkan kalimat tersebut. I hate that.

Mirip dengan toleransi, adalah memaafkan. Sejauh mana batas toleransi kita bisa memaafkan kesalahan seseorangn, bahkan yang terlalu dalam atau sudah sekian lama. My father taught me about this.

Gue merasa sedikit banyak punya kesamaan sikap sama bokap. Jarang ngomong kalau ada masalah, sekalinya ngomong bakal nyakitin.

Tapi tadi, praise the Lord, bokap meruntuhkan dinding egonya dan mencoba bertoleransi terhadap orang lain. Ya Allah, gue senangnya bukan main.

Berkah banget Ramadan tahun ini buat beliau. Memaafkan menjadi benar maknanya di hari kemenangan ini. Memaafkan jadi begitu indah, buat gue (dan semua pihak yang terkait) menyaksikannya. *ngetik ini pun gue masih menitikkan air mata*.

Terimakasih ya Allah, udah mengizinkan aku untuk menikmati hari yang penuh maaf tahun ini..

Oh btw, ada kasus lain tentang toleransi.
Udah tau dong, dong, dong, bahwa gue ga bisa masak? Sahur terakhir, akhirnya gue masak from the scratch (setelah sebelumnya hanya manasin, goreng telor atau oseng2 berkat bumbu jadi) untuk Igun.

"Emang kamu mau makan kalo dimasakin itu?"
"Yah, coba aja"

Jam 1 malam pun gue potong-potong buncis, bawang, dan kawan-kawan, tak lupa kucurin saos tiram untuk manipulasi rasa :))

Alhamdulillah dimakan. Dan Igun masih hidup.

Komentarnya cuma, "kebanyakan bawang bombaynya".
Emang dah, pernikahan kudu banyak toleransinya :)
sent from my Telkomsel Rockin'Berry®

nenglita

Aquarian, Realistic Mom, Random, Quick Thinker, a Shoulder to Cry On, Independent, Certified Ojek Consumer, Forever Skincare Newbie.

No comments:

Post a Comment